Pencarian Makna Hidup dalam kegagalan

Pencarian Makna Hidup dalam kegagalan

Pada titik tertentu aku sama sekali kehilangan “sang Robb” dan merasa hidup yang aku jalani sangat “rasional” terlalu “material”, atheis dekil !! terlalu masuk akal. Aku sama sekali tidak mempercayai keberuntungan dan nasib sial. Non sense. Pada titik tertentu aku merasa apa yang telah aku lakukan sudah optimal untuk mendapat hasil yang lebih baik dari sekarang. Tapi kenyataan semu itu telah menyajikan cerita lain, aku buta, pada diriku sendiri. Benarkah aku begitu pantas untuk gagal ?, apakah semua hanya sia-sia ?. 

Jika memang “spiritualisme” 

itu akan memberi jawaban, tentunya hidup yang aku raih saat ini lebih baik dari yang ada sekarang.
Katakan bahwa kau bisa meruntuhkan waktu, katakan bahwa kau bisa memaki- maki waktu. Waktu yang membosankan. Di ruang hati hanya ada satu kata “BOSAN !!”. 

Semuanya menjadi sangat membosankan dan menyesakkan.. ah iblis – iblis itu kembali menguasai emosimu menjadi tidak karuan. Bener - bener edan. Dunia yang semakin suram. Sebenarnya ada banyak pilihan bag’s daripada kau terus memaki – maki sang waktu.
“Apa itu ??”
Sejak kapan aku harus berdamai dengan waktu, berdamai dengan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, dan tahun.
Sejak kapan !!”
Mereka tidak pernah mengerti bahwa aku semakin bosan, kelelahan, semakin bosan dan sakit, semakin lama dan memuakkan.
Aku memang kurang bersyukur. Tapi aku sudah “gagal”, ini kenyataan yang tidak bisa aku tutupi atau dimanipulasi. Sementara yang lain sudah berlari, aku masih merangkak mencoba berdiri dan tertatih – tatih, kasihan... enyah saja aku dari dunia ini.
Kiranya aku semakin kurang mengerti. Dari setiap “kontemplasi” yang aku jalani setiap hari, dapat ditarik kesimpulan usahaku memang kurang keras dan doaku kurang panjang, aku selalu gagal menyatu dengan tuhanku. Jarak yang memisahkan kita bagaikan timur dan barat.
Dunia ini terlalu dekat, bahkan sangat dekat dengan hati. Padahal hati ini hanya untuk “Sang Robb”.
Dunia telah menghianatiku.
“Bangsat !!” “anjing !!!”
Apa yang mesti aku perbuat ? apa yang harus aku perbuat ? di malam yang sangat pengap dan sunyi ini aku sering termenungkan tanpa sedikitpun menafikkan akan realitas yang sedang terjadi. “No sense” ga ada artinya semua itu. Pada akhirnya aku harus menyadari satu hal bahwa aku adalah manusia. Hidup dari “doa” dan “usaha”. It should be balance. Aku sedang futur, ibarat gelombang samudra luas, debur yang ada tidak terlalu besar hanya sesaat menghantam horisontal, gelombang seismik yang berderai – derai jiwa yang limbung.
“Allah di mana kau ?”
Kenapa aku harus mempertanyakan semua ini ??, bukankah semuanya harus berjalan sama seperti biasanya !!!??
“Atukah semua hanya fatamorgana yang tidak berkesudahan?” Bagaimana aku harus mempertanyakan semua ini, padahal engkau adalah dzat yang maha “adil” dan maha “bijaksana”, bukankah dari semua permasalahan ini akarnya terletak pada diriku, aku hanya manusia dengan dosa – dosa yang menumpuk.
Penghianatan yang paling nyata.
Keputusan yang terlalu tergesa –gesa tanpa ada kompromi.
“apa yang sebenrnya terjadi ? apa yang mesti aku perbuat ? aku benar – benar bingung”. Linglung, bengong, dan kosong. Aku seperti menghadap tembok besar dan luas, dan aku harus berusaha untuk meruntuhkannya. Takdir. Tanpa terkecuali. Tanpa kompromi. Cukup sudah !!
Berdamailah kau dengan dirimu hari ini.
Berdamailah kau dengan masa lalu.
Masih banyak kesempatan yang membentang
Hati itu ibarat tanah, tanah yang bersih dan suci terbebas dari penyakit dan kotoran, akan melahirkan kebahagiaan, ide dan pikiran –pikiran yang sehat juga.
Aku semakin kerdil dan dekil, aku semakin berusaha untuk menyempitkan ruang ini, aku tidak sanggup untuk berfikir merdeka.
Aku terbelenggu
Terbelenggu oleh pikiranku sendiri. Terbelenggu oleh prinsip – prinsip hidupku sendiri “non Sense”.
Aku ingin menangis. Aku serasa banci. Banci serasa aku. Benci dan memuakkan diriku. Telah ku maki pagi yang indah hari ini. Telah ku maki – maki semuanya telah ku maki- maki jiwaku.
“Terus apa yang tersisa lagi dari semuanya ini bag?”
Bukankah kau harus mencarai titik temu, bukannkah kau harus mencari kesimpulan yang paling bijak. Bukankah kau harus memberi makna pada kesepian ini. Bukankah kau harus berfikir sehat.
“kosongkan hatimu Bag”
Apa yang harus dilakukan oleh seorang pemuda yang masih sangat muda ketika gagal, ya tentu saja “intropeksi”.
Melihat segala sesuatu dengan bijak.
“Usaha ane kurang keras dan doa ane kurang panjang ”. Begitulah kira – kira kesimpulannya.
Aku takut miskin. Aku takut tidak bersyukur. Aku lelah. Aku jenuh. Aku manusia. Aku nestapa. Aku ingin menggebrak segala ketidakmungkinan. Aku ingin teriak...
kenapa!!!!!!!! Tuhan
Pada titik tertentu, aku seakan dihadapkan pada tembok yang tebal, tinggi, dan sangat luas membentang. Bagaimana mungkin aku bisa melaluinya, sementara aku begitu kecilnya. Tapi temanku bilang di dunia ini tidak ada yang “tak mungkin”. Ah konyol.....
Kesimpulannya sekarang “bag”, segagal apapun kau, apapun pencapaian yang kau raih.
“Hargailah..hormatilah”
Karena itu hanyalah salah satu jalan yang paling logis dan masuk akal.
Jika “takdir” bagimu adalah “terlaknat”
Maka maafkanlah dan terimalah. Berdamailah kau dengan rasa kecewa dan kesedihan. Damai aja..damai. itu baru rasional.
Sekali ini saja maafkanlah dirimu sendiri atas kegagalan ini, meskipun sudah sering. Ikhlaskanlah. Ingat kau sedang menghadap tembok yang luas tebal dan sangat keras yang namanya “takdir”.
Takdir atau nasib selalu identik dengan “Tuhan” atau “Sang Rob”, yang kita puja dan sembah setiap waktu karena kita hambaNya.
Hamba yang sedang berjuang di kehidupan.
Meski selalu, tidak bosan kau menghitung detik, berharap badai ini cepat berlalu. Tapi bagaimana jika hidupmu ini adalah badai itu sendiri ? apakah kau akan bunuh diri? Hehehe...
Berdamailah dengan badai, nikmati setiap irama angin yang berhembus tak tentu. Berdamailah sobat...!!
Tuhan Maha Pengasih Maha Penyayang, Dia menciptakan Dunia ini dengan Tujuan yang jelas yaitu “beribadah !!”
Dalam miskin dan gagal pun kita masih bisa “Shalat, sedekah, dakwah, dan menolong orang lain”
Nikmati hidup ini dan bersyukur.
Aku harus membaca ESQ (emotional spiritual Quotient)
“Spiritualisme !!!???”

BBC aku 

Pages