Sobat


Sobat

Tak terasa waktu bergulir begitu cepat, dan segalanya mulai berubah entah itu menjadi lebih baik atau sebaliknya. Sebuah coretan tinta yang terus tertulis di lembaran hidup ini, mengilhami banyak hal dari perasaanku yang menderu dan terus mencari. Mirip seperti gemuruh waktu dan angin di pinggir pantai. Tak pernah bosan kedua mata ini menjilati cakrawala luasnya semesta. Dan gemuruh anginnya membasuh pekatnya wajah yang kian larut dan lanjut.

Sobat,
Entah mengapa aku menulis tulisan ini. Di kamar nan nyaman di sudut kota metropolitan yang semakin muak. Aku ternyata masih punya hasrat menulis. Meski mungkin sekedar, namun ini mewakili apa yang selama ini berdiam dalam benakku.

Sobat,
Kau telah memiliki Istri yang manis, dan bayi mungil yang tampan. Sungguh berbeda dengan diriku yang masih mengetik tulisan ini sendirian di sudut keheningan malam. Bertanya-tanya dalam hati..
Tapi sama sekali aku tidak berniat, berniat menyumpahi hidup, karena bagiku hidup ini sungguh-sungguh luar biasa. Indah Tiada tara. Entah menggunakan kata-kata apa lagi untuk mengungkapkan rasa bersyukur pada Allah. Terlalu indah sobat. Hanya saja aku merasa masih teramat panjang merangkai perenungan ini, untuk menemukan kesejatian hidup, menemukan diriku sendiri.

Sobat,
Kapan aku bisa menyusulmu..
Apakah ini yang namanya melankolis kompleks, selalu melihat hidup dari sudut pandang yang paling dalam. Jika bagi orang lain daun yang jatuh itu hal yang biasa, namun bagiku itulah warna kehidupan suatu siklus perputaran.

Sobat, Allah telah memberiku jalan terang. Suatu cahaya yang luar biasa. Namun ternyata butuh sebuah kerja keras menjaga cahaya ini agar tetap menyala. Selalu memandang hidup dari sudut pandang positip. Hahahaha..kau tidak akan menemukan diriku yang dulu. Bahagia yang dulu telah mati terkubur masa lalu, tiada henti-hentinya aku menziarahi setiap malam dan aku menyapa “ apa kabarmu Masa laluku?” hehehe..dan dia hanya tersenyum sinis..

Sobat,
Siapa sebenarnya diriku ini? Siapa aku? Berulang kali aku bertanya pada sosok yang berdiri di balik cermin. Tapi dia hanya diam, dalam dan begitu diam teramat dalam. Namun tiba-tiba dia tersenyum..?
Oh guratan-guratan itu..
Sudah teramat lama ia menemaniku, menemani wajah yang yang selalu menghadap kedepan. Yang sudah menghadap semesta tanpa harus diminta...

blok m

Pages